Masa depan pusat data di Indonesia ditandai oleh ruang kosong yang besar, dan kebutuhan terhadap sumber daya serba guna (SDG) ketahanan energi. Kebutuhan untuk mengurangi potensi dampak negatif bagi kualitas udara dan kehidupan makhluk hidup membuat penggunaan listrik di pusat data Indonesia melalui teknologi bebas karbon (CCS) sangat penting untuk dibahas.

Kebutuhan akan kecepatan

Inilah kebutuhan data center:

  • Komputasi berkinerja tinggi adalah kebutuhan yang paling penting. Data center menjadi hampir seluruhnya untuk komputasi berkinerja tinggi, dengan perkembangan cloud dan virtualisasi di mana kinerja terhadap sumber daya (CPU, RAM dan disk) bisa dicapai sesuai permintaan, serta layanan yang memungkinkan aplikasi dan data besar untuk dimasukkan ke dalam jaringan.
  • Analisis data besar; Pemrosesan real-time maupun batch; IOT adalah contoh lainnya dari kebutuhan akan kinerja IT yang sangat tinggi.

Data center banyak digunakan oleh perusahaan yang memberikan jasa hosting website ataupun hosting untuk aplikasi. Oleh karena itu, pusat data telah menjadi pusat aktivitas sehari-hari masyarakat di Indonesia.

Cetak Biru Pusat Data di Indonesia untuk Menuju Net-Zero Carbon

Pusat data nol-karbon adalah pusat data yang memiliki kinerja yang sama seperti pusat data hijau, tetapi dengan emisi nol.

Alasan di balik ini adalah untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya atau angin.

Data center net-zero carbon juga memiliki beberapa manfaat lain dibandingkan dengan data center tradisional: data center ini bisa lebih gesit, fleksibel, dan hemat biaya jika dibandingkan dengan data center tradisional karena mampu menyesuaikan konsumsi energi sesuai dengan pola permintaan secara real time dan mengurangi energi yang terbuang sia-sia melalui analitik prediktif.

Data center ini juga memiliki biaya pengoperasian yang lebih rendah karena tidak ada panas yang perlu diproduksi untuk sistem pendingin; dan terakhir, data center ini membantu melindungi citra merek Anda dengan menunjukkan kepemimpinan dan komitmen lingkungan.

Bersiap untuk masa depan pusat data bebas karbon

Anda juga perlu mempersiapkan masa depan di mana netralitas karbon pusat data Anda tidak lagi opsional. Uni Eropa (UE) berencana untuk membuat semua pusat data di seluruh negara anggotanya menjadi netral karbon pada tahun 2030, dan tidak sendirian: Norwegia, Finlandia, dan Swedia sedang mengerjakan undang-undang serupa yang akan mengharuskan bisnis mereka sendiri untuk menjadi netral karbon juga.

Ada beberapa pertanyaan yang dapat Anda ajukan sendiri dalam menuju pusat data nol-karbon di Indonesia

  • Bagaimana Anda bisa mempersiapkan diri? Pertama dan terutama, Anda harus memeriksa jejak kaki Anda saat ini-berapa banyak energi yang Anda gunakan untuk menjalankan server Anda?
  • Berapa banyak polusi yang ditimbulkannya? Apakah ada cara untuk mengurangi jumlah ini tanpa mengorbankan performa atau keandalan?
  • Jika demikian, berapa banyak uang yang akan dihemat dari waktu ke waktu?

Anda mungkin juga mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam sumber energi terbarukan seperti ladang angin jika tersedia di dekat tempat Anda beroperasi; ini memiliki manfaat tambahan untuk dapat menyediakan daya selama bencana alam ketika jaringan listrik tradisional gagal karena kehilangan bahan bakar atau kerusakan akibat peristiwa cuaca seperti badai.[

Mengoreksi aliran udara

Aliran udara di pusat data adalah bagian desain yang kompleks dan penting. Ini harus dioptimalkan untuk menurunkan konsumsi energi, biaya pendinginan, dan biaya perawatan sambil mempertahankan keandalan.

Aliran udara yang optimal dari pusat data dapat mengurangi konsumsi energi, pendinginan dan biaya untuk memperbaiki atau mengawasi sistem operasi di pusat data. Hal ini menyebabkan penurunan bahan bakar dan penghematan aset selama perusahaan beroperasi selama satu dekade.

 Langkah selanjutnya untuk pusat data Indonesia

  • Transformasi Digital
  • Pusat Data yang Ramah Lingkungan dan Menghemat Energi
  • Menjaga Kualitas Suhu Rack Server

Pembaruan teknologi seperti virtualisasi pusat data kian menjadi penting dalam hal efisiensi. Semakin optimal penggunaan energi di pusat data maka akan semakin turun jejak kadar emisi karbon yang dihasilkan.

Mengoptimalkan desain dan operasi pusat data dapat memangkas total konsumsi energi hingga 35%.

Pengurangan emisi CO2 sebesar 34% berkat optimasi yang dilakukan oleh Stacja Awan di Jakarta. Pengurangan emisi CO2 ini juga berdampak pada penurunan timbulan limbah sampah sebesar 13%.

Adanya peningkatan efisiensi pusat data dalam menghasilkan output energi dengan menggunakan teknologi baru juga akan memberikan kontribusi besar dalam menekankan tingkat pemanfaatan air secara optimal dan mengurangi kebutuhannya.

Pusat data, sebagai pusat komunikasi dan komputer yang paling penting untuk kehidupan modern, harus ikut mengubah cara kerja mereka. Sistem komputer yang lebih ringan dan efisien dapat berarti lebih banyak energi untuk digunakan untuk kebutuhan lainnya.

Dalam perjalanannya, beberapa pusat data di Indonesia telah memiliki tujuan yang sama: menciptakan pusat data net-zero carbon di Indonesia dengan mengurangi konsumsi energi dari setiap 100 milyar kWh hingga 35%.

Kesimpulan

Pusat data di Indonesia terus tumbuh dengan pasar puluhan triliunan rupiah. Pertumbuhan ini disebabkan karena penetrasi internet dan transformasi digital yang terus berkembang di Indonesia.

Dilain sisi, sumber energi dan penggunaan energi di pusat data turut menghasilkan jejak emisi karbon. Untuk itu, menurunkan emisi karbon seharusnya menjadi prioritas para pemimpin data center di Indonesia.

Selain menggunakan energi yang lebih bersih, pusat data juga dapat memperbaiki infrastruktur data center menjadi lebih pintar, dengan otomasi dan virtualisasi misalnya.

Demikian untuk industri manufaktur dengan kebutuhan listrik yang mungkin melebihi data ceter, juga harus menurunkan tingkat emisi karbon mereka. Sebagai contoh, pabrik makanan dapat menggunakan mesin pengering yang lebih canggih, efisien dan lebih ramah lingkungan.

Semoga di tahun 2030, Indonesia dapat menurunkan tingkat emisi karbon, terutama di pusat data hingga 50%.

Pin It on Pinterest

Share This