Efisiensi merupakan masalah yang masih di hadapi pada perkembangan teknologi solar panel hingga saat ini. Hanya sekitar 20% cahaya yang dapat diserap pada sebuah solar panel.

Pada tahun 2011 sebuah universitas melakukan terobosan melalui pengembangan panel tenaga surya yang berupa lembaran fleksibel dan mampu menyerap cahaya sampai dengan 90% dan di tahun 2016 ini sudah tersedia di pasaran dunia.

Perkembangan Teknologi Listrik Tenaga Surya

Berikut beberapa kemajuan dalam teknologi listrik tenaga surya,

teknologi tenaga surya terbaru 2016

Panel Tenaga Surya Fleksibel

Solar panel jenis terbaru ini ada yang semi flexible dan juga yang 100% flexible. Kelebihan panel tenaga surya ini selain fleksibel, juga ringan, mudah dibawa, sangat kuat dan tahan terhadap kondisi cuaca ekstrim seperti untuk di kapal laut. Untuk dipasang di atap rumah pun cukup kuat dan tidak akan rusak jika di injak.

Flexible Solar Panel ini dapat di tempel pada bagan atap kapal, rumah, mobil dan tempat lainnya karena tidak memerlukan penopang dan sangat mudah di bawa untuk berkemah, dan dengan flexibilitasnya – Solar Flex ini sangat mudah dalam melakukan penyesuaian posisi untuk mendapat cahaya matahari yang lebih maksimal.

Teknologi panel surya fleksibel ini dengan menggunakan bahan photovoltaic pada substrat yang fleksibel sehingga sel-sel surya dapat menyerap uap dari cahaya matahari dan menghasilkan tenaga listrik yang lebih banyak.

Seperti kertas biasa, Solar Flex menggunakan teknik deposisi uap kimia. Teknologi untuk pembuatan sel surya di atas kertas dikembangkan oleh sekelompok peneliti dari Massachusetts Institute of Technology dengan dukungan dari National Science Foundation dan Eni-MIT Alliance surya Frontiers Program.

Kemajuan Pada Penyimpanan Tenaga Listrik

Fokus utama lain dari perkembangan teknologi solar panel adalah untuk menemukan cara-cara baru dalam menyimpan energi yang dihasilkan oleh sistem tenaga surya tersebut. Umur penyimpanan energi listrik pada sebuah batere merupakan hal dihadapi, ketika energi tersimpan pada batere tersebut.. lantas harus secepatnya digunakan, jika tidak di gunakan akan hilang juga.

Berdasar kondisi tersebut, lahirlah sebuah ide baru untuk dapat menyimpan energi listrik lebih lama agar lebih efisien dan dapat digunakan sesuai kebutuhan. Salah satu teknologi terakhir untuk penyimpanan listrik tenaga surya adalah dengan teknologi peyimpanan pada garam cair.

Teknologi Penyimpanan Listrik Pada Garam Cair

Teknik ini merupakan serangkaian proses yang menggunakan garam anorganik untuk mentransfer energi yang dihasilkan oleh sistem solar panel menjadi uap panas dengan menggunakan cairan yang dapat memindahkan panas yang mana jauh lebih efektif ketimbang memakai cairan minyak seperti yang ada pada sistem penyimpanan energi seperti sebelumnya.

Hasil dari teknologi penyimapanan ini adalah bahwa pembangkit tenaga surya dapat beroperasi pada suhu lebih dari 500 derajat Celsius, yang akan menghasilkan daya listrik yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa biaya untuk menyimpan listrik tenaga surya akan turun secara signifikan dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) akhirnya dapat menggunakan pembangkit listrik tenaga surya ini untuk memenuhi kebutuhan listrik sesuai permintaan kapan pun ada peningkatan kebutuhan maka PLN dapat siap menyalurkan kebutuhan tersebut.

Batere Built-in Pada Solar Panel

Dalam sebuah proyek yang didanai oleh Departemen Energi Amerika Serikat, peneliti Ohio State University baru-baru ini mengumumkan mereka telah berhasil membuat sebuah baterai yang 20% lebih efisien dan 25% lebih murah daripada jenis batere apa pun yang beredar di pasaran saat ini.

Rahasia efisiensi pada sistem solar panel ini adalah pada desain, baterai isi ulang dibangun pada panel surya itu sendiri, bukan beroperasi sebagai dua bagian terpisah seperti pada teknologi sebelumnya, inilah yang menjadi keyakinan para ilmuwan tersebut bahwa teknik seperti ini dapat lebih efisien 25%.

Perkembangan Listrik Tenaga Surya di Indonesia

Saat ini investasi yang dibutuhkan untuk 1000 Watt tenaga listrik pada sistem solar panel berkisar Rp. 50jt, per bulan jika menggunakan listrik PLN dapat mencapai Rp. 600.000 sehingga dalam setahun biayanya sekitar Rp. 7jt dan pengembalian investasi pada listrik tenaga surya membutuhkan waktu 7 tahun, dengan asumsi di tahun ke 8 sampai tahun ke 20 sama saja kita sudah menggunakan listrik gratis.

Pertumbuhan pemakaian listrik tenaga surya di Indonesia memang masih perlu di dorong oleh kebijakan dari pemerintah, semisal memberikan insentif pajak bagi perusahaan yang sudah memakai listrik tenaga surya sekian persen, namun dalam hal ini jika pemerintah tidak berpikir panjang maka akan membeli kepentingan PLN terlebih dahulu. sebetulnya tidak masalah, akan tetapi PLN harus membuat Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Surya terlebih dahulu dalam skala besar, dengan menggunakan metode floating seperti di laut atau di waduk sehingga seluruh wilayah pantai di Indonesia dapat di pasok listri yang di hasilkan dari tenaga surya.

Itulah Teknologi Tenaga Surya Terbaru di Tahun 2016 ini semoga terus kedepannya dapat lebih murah dan efisien, sehingga dapat digunakan di rumah-rumah dan di atap gedung, terutama untuk Data Center Indonesia yang banyak membutuhkan listrik, agar lebih ramah lingkungan.

Pin It on Pinterest

Share This