Hype revolusi industri 4.0 sebelumnya sangat kencang terdengar di Indonesia, terutama di saluran digital, walaupun transformasi digital belum digalakkan oleh pemerintah.

Untungnya, di tahun 2022 ini pemerintah melalui beberapa kementrian sudah mulai menyadari pentingnya transformasi digital sebelum dapat melakukan revolusi industri 4.0.

Lantas, apakah revolusi industri 4.0 dapat terjadi tanpa adanya transformasi digital ?

Artikel ini akan membahas seputar hal tersebut, agar supaya tidak terjadi pemborosan waktu yang menyebakan Indonesia menjadi negara tertinggal secara teknologi.

Transformasi Digital Sebagai Landasan Revolusi Industri 4.0

Inti dari Industri 4.0 adalah sensor dan monitoring dimana seluruh alat penting dapat berkomunikasi secara digital serta dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.

Tentu dari hal tersebut kita sudah dapat ambil kesimpulan bahwa tidak mungkin revolusi industri 4.0 terjadi tanpa adanya transformasi digital. Semudah itu, akan tetapi kita telah menghabiskan waktu sekurangnya 4 tahun (2017 – 2021) untuk sekedar teriak-teriak soal industri 4.0.

Jika Anda masih bingung, ada baiknya untuk mempelajari ulang Apa Itu Industri 4.0 sebenarnya agar dapat memahami artikel ini secara menyeluruh.

Kenapa Revolusi Industri 4.0 Memerlukan Transformasi Digital Terlebih Dahulu?

Seperti yang kami jelaskan di atas, Industri 4.0 adalah seputar remote sensor dan monitoring yang mana melibatkan alat dan teknologi informasi. Alat tersebut disebut sebagai IIoT, atau Industri Internet of Things.

Penggunaan IIoT tersebut akan menghasilkan data yang dapat di analisa untuk mendapatkan efisiensi, fleksibilitas dan ketepatan dalam proses industri.

Sebagai contoh,

Sebuah pabrik pengolahan makanan menggunakan pneumatic untuk berbagai fungsi. Penggunaan IIoT dapat membantu para insinyur untuk mengetahui ketepatan dalam mengukur kecepatan silinder untuk memastikan kelancaran proses produksi.

Dalam hal ini, IIoT dapat berikan visibilitas yang dapat mencegah mesin pabrik berhenti dan menyebabkan downtime.

Banyak keuntungan lainnya dari penggunaan IIoT pada otomatisasi Industri yang sering kita sebut sebagai Revolusi Industri 4.0 (yang mungkin juga lebih tepat disebut sebagau Evolusi Industri).

Komunikasi Digital Menjadi Faktor Penting Pada Industri 4.0

Dari hal tersebut di atas, komunikasi data menjadi “jembatan utama” pada aktivitas IIoT dan ini membutuhkan infrastruktur teknologi informasi yang memadai, salah satunya teknologi cloud.

Teknologi cloud sendiri sebetulnya berada pada sebuah data center on premise atau data center fisik. Ketika datang pada konteks data center, ini tidak semudah kelihatannya. Ada faktor keamanan, selain kecepatan dan efisiensi, serta masalah emisi karbon di tahun 2025.

Pembaruan atau upgrade infrastruktur IT merupakan bagian dari transformasi digital. Tanpa pembaruan infrastruktur IT, transformasi digital akan banyak menemui hambatan dan pada akhirnya menjadi “kerja dua kali”.

Keamanan Komunikasi Data

Lalu lintas data yang terjadi dapat saja disusupi oleh pihak lain dan membuat proses produksi menjadi terhenti atau menghasilkan kesalahan produksi yang dapat sebabkan produk harus Anda tarik kembali.

Keamanan cyber merupakan tantangan umum di era transformasi digital. Perusahaan yang akan mengadopsi teknologi digital dalam proses produksi harus memahami dan menerapkan konsep keamanan zero trust.

Artinya, mulai dari perangkat yang digunakan untuk terhubung, infrastruktur komunikasi data dan penyimpanan data, serta aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan wajib memnuhi standard keamanan.

Untuk IIoT sendiri dan beberapa mesin atau alat yang digunakan pada industri telah memiliki standard tersendiri, baik untuk praktik terbaik maupun untuk keamanan fisik dan cyber.

Sekali lagi, Apakah mungkin menerapkan Industri 4.0 tanpa melakukan Transformasi Digital?

Setelah membaca pemaparan tersebut di atas, mari kita tanyakan apakah mungkin industri 4.0 terjadi tanpa melakukan transformasi digital terlebih dahulu?

Jika cara berpikir kita masih waras tentu kita pada kesimpulan yang sama, yakni tidak mungkin. Jikalau memungkinkan pun, tetap saja ujung-ujungnya transformasi digital tetap harus dilakukan, seperti upgrade teknologi, peralatan, aplikasi, dan talenta.

jadi, 4 tahun hype industry 4.0 apa hasilnya ? yang kami lihat adalah hasilnya mengarah untuk mundur selangkah, yakni melakukan transformasi digital.

Untungnya pemerintah di tahun 2021 akhir sudah mulai menyadari pentingnya transformasi digital, walaupun kami masih melihat adanya “kesesatan” dalam melakukan transformasi digital seperti penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk beli minyak goreng, penggunaan aplikasi MyPertamin untuk membeli Pertalite, dan sebagainya.

Kesimpulan:

Apa yang dapat kita ambil hikmahnya adalah jangan lantas percaya dengan gaungan di media sosial, termasuk mengenai industri 4.0 yang pada akhirnya malah membuat negara kita menjadi tertinggal bahkan oleh Vietnam dalam transformasi digital.

Para pemimpin di instansi pemerintahan dan juga para politikus harus memiliki tingkat kematangan digital yang lebih tinggi dari masyarakat umum agar tidak mudah terjebak pada suatu hyper.

Pencitraan terbaik adalah melalui hasil kerja yang dapat membuat banyak hal menjadi lebih mudah, lebih murah, lebih efisien, lebih cepat dan lebih tepat, bukan sebaliknya. Ini adalah inti dari transformasi digital.

Industri 4.0 memungkinkan pemerintah mendapatkan visibilitas termasuk pada rantai pasokan, sehingga dapat menerapkan predictive analytics, semisal untuk ketahanan pangan. Dengan visibilitas tersebut, pemerintah juga dapat ambil keputusan lebih tepat dan efisien dalam impor pangan.

Semoga artikel singkat ini dapat memberi wawasan terutama pada pejabat-pejabat negara. Ikuti terus artikel di website ini untuk menambah wawasan dengan tepat.

Pin It on Pinterest

Share This