Baru-baru ini sedang ramai pembicaraan warga net mengenai air dapat dijadikan BBM oleh seorang warga di Cirebon. Penemuan tersebut di klaim telah digunakan oleh TNI untuk 30 lebih kendaraan dinas mereka.

Bahkan melalui media sosial Nikuba (nama alat pengubah air menjadi BBM) di jejaring sosial Twitter, mereka klaim 1 tetes air dapat menempun 40 – 50 kilo meter.

Lantas apakah benar air dapat dijadikan BBM ? atau hal ini hanya pencitraan sesaat ? mari kita teliti secara ilmiah. Artikel ini kami sajikan se-sederhana mungkin agar dapat mudah dimengerti oleh para pembaca.

Benarkah Air Dapat Dijadikan BBM ?

Mungkin sebelum ada penemuan pmbangkit listrik tenaga surya kita belum percaya bahwa sinar mentari dapat menjadi pembangkit listrik.

Universitas Houston di Amerika Serikat merupakan salah satu institusi yang telah meneliti hal ini, air dijadikan BBM kendaraan, dan bahkan listrik.

Perlu kita ketahui dulu sebelumnya bahwa air (H2O) dapat dijadikan pembangkit listrik dengan proses pemisahan unsur H2 (Hidrogen) dan O2 (Udara).Proses ini disebut dengan proses elektrolisis.

Hidrogen dapat mengisi ruang pembakaran pada mesin kendaraan untuk menggerakkan seluruh komponen penggerak. 

Hidrogen diketahui memiliki potensi untuk menjadi sumber energi yang penting. Dan ada persediaan berlimpah, di air kita, jika kita bisa menemukan cara yang murah dan efisien. Mungkin ini yang dilakukan oleh alat bernama Nikuba tersebut.

mobil berbahan bakar air (hidrogen)

Image source: https://genh2hydrogen.com/hydrogen-cars/

Pemisahan hidrogen dan oksigen dalam air dilakukan dengan menggunakan proses yang disebut “elektrolisis air” di mana molekul hidrogen dan oksigen terpisah menjadi gas individu melalui “reaksi evolusi” yang terpisah. Setiap reaksi evolusi diinduksi oleh elektroda dengan adanya katalis.

Air Dapat Dibubah Menjadi Energi Listrik

Air juga dapat dipecah menggunakan fotokatalisis yang menggunakan tenaga surya secara langsung sebagai pengganti listrik. Akan tetapi ini kurang efisien karena air hanya menyerap rentang spektrum cahaya yang kecil.

Sampai sekarang, katalis oksigen didasarkan pada logam mulia yang langka dan mahal seperti iridium, platinum, atau rutenium.

Ini adalah masalah yang telah menggagalkan ekstraksi komersial skala penuh hidrogen untuk energi selama beberapa waktu, dan Universitas Houston bukan satu-satunya entitas yang mencari penggantinya.

Musim semi lalu, Laboratorium Akselerator Nasional SLAC Departemen Energi Kanada dan Universitas Toronto mengumumkan penemuan gel katalis oksigen baru berbasis besi, kobalt, dan tungsten yang memicu reaksi evolusi dalam oksigen tiga kali lebih cepat daripada katalis sebelumnya dan mempertahankan stabilitas melalui ratusan siklus reaksi.

Katalis yang dikembangkan oleh Universitas Houston, bagaimanapun, tetap dapat digunakan selama lebih dari 20 jam dan 10.000 siklus dalam pengujian. Menurut Zhifeng Ren, salah satu ilmuwan yang terlibat, “Beberapa katalis luar biasa tetapi hanya stabil selama satu atau dua jam. Itu tidak ada gunanya.”

Katalis tersebut adalah bubuk metafosfat besi yang ditanam pada platform busa nikel konduktif.

Dalam karya ini, mereka menemukan elektrokatalis yang sangat aktif dan stabil berdasarkan elemen yang melimpah di bumi, yang bahkan mengungguli elemen berbasis logam mulia.

Penemuan tersebut dapat mengarah pada pendekatan yang lebih ekonomis untuk produksi hidrogen dari elektrolisis air.

Sudah terjawab bukan ?

Berarti memang benar adanya air dapat diubah menjadi BBM. Bahkan baru-baru ini peneliti di Universitas Houston tengah melakukan pengembangan air laut menjadi hidrogen ramah lingkungan.

Menurut mereka, tantangan proses elektrolisis air laut untuk hasilkan hidrogen agar dapat menjadi energi listrik ada 3:

  1. Air laut bersifat korosif (menyebabkan karat)
  2. Cendrung memperpendek umur katalis
  3. Elektrolisis yang menggunakan metode standard membentuk gas klorin yang berbahaya.

Penelitian yang dipimpin oleh Zhifen Reng menemukan multi-metalik elektrokatalis. Penemuan ini dapat mengatasi ketiga hambatan tersebut dan bahkan dapat digunakan untuk skala industri.

Penelitian tersebut juga berhasil menurunkan biaya produksi hidrogen dari Rp. 75.000 / kg menjadi Rp. 15.000 per / kg.

Apakah Benar 1 Liter Air dapat Tempuh Cirebon – Semarang Pulang Pergi?

Ada sebuah pernyataan dari pembuat alat pengubah air menjadi BBM bernama Nikubat – Aryanto Misel – bahwa 1 liter air dapat digunakan motor dari Cirebon ke Semarang pulang pergi.

Perlu kita ketahui bahwa jarak Cirebon ke Semarang 232 KM jika melalui tol Pejagan – Pemalang dan Jl. Semarang – Batang.

Mungin bagi kita ini adalah hal yang baru, namun sejak tahun 2002 ternyata ini adalah hal yang sudah dipamerkan dan bahkan dikomersilkan.

jasa landing page

Siswa di IIT Roorkee, India telah mengembangkan prototipe mobil listrik baru yang berjalan dengan tenaga air dan aluminium, bukan bahan bakar atau listrik. Mobil ini didukung oleh air dan plat aluminium. Mobil ini dapat berjalan sejauh 1.000 km dengan sekali pengisian daya.

Dibutuhkan satu liter air setiap 300 km. Setelah tanda 1.000 km dilewati, seseorang perlu mengganti pelat aluminium yang mungkin memakan waktu 15 menit.

Mekanik mobil lainnya, Mohammad Raees Markani dari Madhya Pradesh, India telah menemukan mobil yang berbahan bakar air. Mobil tersebut menggunakan gas asetilen, yang terbentuk dari reaksi kimia antara kalsium karbida dan air.

Raees sekarang memiliki paten untuk mobil airnya. Sayangnya, mesin mobilnya akan mengeluarkan CO2 dan tidak akan membantu mengurangi polusi.

Apakah Nikuba Layak Dipamerkan di G-20?

Setelah kita mengetahui bahwa benar adanya bahan bakar kendaraan yang berasal dari air. Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita kritisi ketika akan membawa “penemuan” tersebut pada ajang dunia sekelas G-20 pada tanggal 15 November 2022 di Bali.

Pertama, kita telah mengetahui bahwa sejak tahun 2002 peneliti di berbagai negara telah berhasil memecahkan cara elektrokatalis yang efisien. Sehingga, alat seperti Nikuba bukanlah penemuan baru.

Kedua, apakah Nikuba menghasilkan emisi yang ramah lingkungan? jika ya, maka pertimbangannya hanya pada point pertama di atas. Jika tidak, maka ini akan menjadi masalah ketika dipamerkan di ajang G-20 yang notabene salah satunya akan membahas energi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi global.

Ketiga, apakah harganya dapat di bawah kisaran Rp. 15 juta ? jika ya dan jauh lebih murah maka kemungkinan layak untuk dipamerkan di G-20. Jika tidak, maka kita harus banyak-banyak “Googling” agar mengetahui harga pasarannya.

Kesimpulan:

Konversi air menjadi bahan bakar untuk kendaraan bukanlah hal yang baru. Sudah lebih dari 20 tahun para peneliti berhasil memecahkan proses elektro-katalis.

Tantangannya sekarang ini adalah menjadikan proses tersebut semakin murah dan ramah lingkungan. Pengembangan alat seperti Nikuba perlu terus didukung.

Semoga pengembangan selanjutnya dapat menggunakan air laut atau air pembuangan limbah, sehingga keseimbangan alam dapat semakin terjaga.

Baca Juga Mengenai: Apa Itu Pressure Gauge dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Pin It on Pinterest

Share This